Sabtu, 22 Agustus 2015

Kenali Selera Politik Pemilih di Dapil



PARLEMEN JATIM - "Tak Kenal, Maka Tak Sayang", pepatah lama itu dipegang oleh Sugiri Sancoko. Hasilnya? Politisi satu ini berhasil mendulang 107. 558 suara dalam Pemilu Legislatif. Untuk melaju ke Gedung Indrapura, Politisi Partai Demokrat yang kembali maju lewat daerah pemilihan (dapil) Jawa Timur VII yang meliputi wilayah Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi itu belajar mengenali selera politik masyarakat di dapilnya. 
Pria yang akrab disapa Giri itu mengakui, latar belakangnya sebagai orang Ponorogo sedikit-banyak membantu dirinya dalam mengenali kebiasaan dan rutinitas masyarakat di dapilnya. Dengan demikian ia pun bisa memahami selera politik masyarakat di sana.
Pengamatan dan pemetaan itu dilakukan Giri lewat observasi langsung dengan menyambangi dapil selama lima tahun terakhir. Menurut pengakuannya, hampir tiap akhir pekan ia ke dapil. Kadang sendiri, seringkali bersama anak dan istri.
"Saya paham selera politik masyarakat di dapil. Kebetulan tipikal saya ini cocok dengan masyarakat di dapil VII. Makanya, mereka mau pilih saya," tutur politisi berlatar seniman itu.

Wakil Sekretaris DPD Partai Demokrat Jatim itu mengungkapkan, masyarakat di dapilnya itu tipikal masyarakat yang guyub sehingga senang cangkruk berlama-lama sambil minum kopi dan makan singkong atau ubi rebus. Karena itulah, dirinya tak pernah melakukan sosialisasi secara formal dengan pidato atau kampanye dialogis. Dirinya lebih sering cangkruk bareng dengan masyarakat.
Dengan begitu mereka tidak hanya kenal tapi juga dekat dengan dirinya. Kedekatan itu bisa terjadi karena Giri selalu melepas atributnya sebagai anggota Dewan saat bersama masyarakat. Dengan begitu antara dirinya dengan masyarakat jadi tak berjarak.

Caleg terpilih yang kembali melenggang ke Gedung Indrapura dengan predikat peraih suara terbanyak di dapil Jatim VII memang paham betul dengan tradisi masyarakat di dapilnya yang gandrung akan kesenian seperti reog dan wayangan.
Karena alasan itulah, Giri termasuk sering menggelar wayang kulit semalam suntuk di dapil. Dengan wayangan, mantan wartawan itu mengaku punya momen yang pas untuk berinteraksi dengan masyarakat. Sosialisasi yang dilakukannya pun tak kentara seperti kampanye pada umumnya. Dirinya sangat paham, masyarakat saat ini sudah bosan dan muak dengan jargon-jargon serta janji politik.

"Saya tidak pernah kampanye secara formal. Yang saya lakukan adalah mendekatkan diri dengan masyarakat. Salah satunya dengan wayangan. Saya terbilang sering menggelar wayangan di dapil, dengan begitu saya bisa berbaur dengan mereka," beber Ketua Komisi E DPRD Jatim periode 2009-2014, tersebut.

Alumni Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya itu mengungkapkan, pada dasarnya dirinya senang merakyat. Tidak hanya saat menjadi wakil rakyat, tetapi jauh sebelum dirinya menjadi politisi. Dirinya merasa ada kenikmatan tersendiri saat bisa cangkruk dan tertawa bareng dengan masyarakat. Hal itu dibuktikan wayangan yang ia lakukan tidak hanya menjelang pemilu tetapi juga setelah pemilu.

"Saya prinsipnya memang senang wayangan dan kumpul bareng masyarakat. Jadi kapanpun ada waktu dan biaya, pasti saya wayangan," imbuh politisi yang akrab dengan para aktifis buruh itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar